SEKILAS TENTANG GOMAS

Pulau bali memberi kesan khusus dan mendalam bagi Romo Willy M. Batuah CDD. Hampir setiap tahun Romo Willy M. Batuah CDD dan anak-anak asrama Kolese Santo Yusup Malang mengadakan rekreasi. Dari banyak tempat yang dikunjungi Rm. Willy M. Batuah CDD, hanya Air Sanih lah yang memancarkan daya tarik istimewa pada Romo Willy M. Batuah CDD, sampai membentuk impian untuk mempunyai karya di Air Sanih. Impian ini dipendam rapat-rapat.

Akhirnya pada pertengahan 1991, Romo Willy M. Batuah CDD mulai mewujudkan untuk berkarya di Air Sanih dengan membeli sebidang tanah seluas 3 ha, yang letaknya kurang lebih 1,7 km dari obyek wisata Pemandian Air Sanih. Pemandian Air Sanih mempunyai keunikan yaitu: merupakan sumber air tawar di tepi pantai dengan debit yang besar, limpahan airnya membentuk sungai kecil yang langsung mengalir ke laut. Air Sanih berarti air bening.
Dalam perjalanan timbul pemikiran untuk membangun Goa Maria, jalan salib, lokasi camping, kegiatan di alam terbuka dan menghijaukannya dengan tanaman-tanaman keras dan lunak, sehingga bisa dijadikan tempat ziarah dan rekreasi (ziarek).
Pembangunanpun berjalan lambat, karena Romo Willy M. Batuah CDD ingin berkenalan terlebih dahulu dengan masyarakat dan budaya sekitar. Setelah masyarakat kenal dan mengetahui secara benar maksud dan tujuan Rm. Willy, barulah irama pembangunan Goa Maria ditingkatkan. Sehubungan wilayah tersebut adalah wilayah Airsanih dan arti kata Air Sanih cukup baik maka Goa Maria ini disebut Goa Maria Air Sanih.
Akhirnya pada tanggal 23 Oktober 2005 Goa Maria Air Sanih diberkati oleh Mgr DR Benyamin Yosef Bria Pr, yang sebelumnya Romo Yandhie B. Gunawan CDD telah memberkati sumber air "Goa Maria Air Sanih".

Pembuat Patung Bunda Maria di Goa Maria Air Sanih (Gomas)

Goa Maria Air Sanih dibuat oleh Almarhum Stefanus Bambang Triadji ( 24 April 1943 - 19 Mei 2007), beliau adalah seniman, khususnya patung. Masa kecilnya di Pasuruan kemudian melanjutkan pendidikan di ASRI (AKADEMI SENI RUPA INDONESIA).

Susana Maria Siswanti setia mendampingi beliau sampai akhir hayat, dikaruniai 2 orang putra dan 2 orang putri. Seorang putrinya menjadi suster kongregasi Santa Perawan Maria yaitu suster M. Lisa, Spm

Karya monumental yang pernah dibuat antara lain : Goa Maria di Rumah Retret Sawiran, Patung Maria di Pertapaan Gedono, patung Maria di kapel susteran, SPM Probolinggo, monument Pancasila di Alun-alun Probolinggo, wisata Candi Bentar, patung Gajah Mada di air terjun Madakaripura, monument Peta Blitar, patung pejuang Kertarto di Jombang, relief di Delta Plaza, mengerjakan relief dan patung- patung (Jambi, Ende, Mataloko, Maumere, Bajawa, Larantuka, Kupang).

Karya terakhirnya adalah Patung Maria di Larantuka setinggi 5,5 meter dan patung Yesus Gembala Yang Baik, setinggi 9 meter di pulau Waibalon, Larantuka